Kamis, 06 November 2014

Teman Sukses

       (1)
       Hari ini, saya kembali terdiam melihat teman kost ku pergi ke kampus tanpa menyapaku. Saya sangat butuh sapaan, saya ingin dianggap ada di kamar kost ku ini.
Sudah 2 minggu saya dan teman kost ku tidak bercakap-cakap atau saling menyapa. Dan kami sudah hampir sering seperti ini.
        Awal mulanya kami tidak saling bicara, ketika itu saya pergi kekampus dan saya mengunci tempat kost supaya tidak masuk orang sembarangan. Setelah saya pulang dari kampus, kunci kost kami sudah rusak dibuat temanku ini. Dia tidak melihat kunci kost yang saya sembunyikan (supaya tidak dilihat orang lain), teman ku ini tidak mengirim pesan atau menelfon ku tempat dimana kunci itu aku letakkan. Dia telah merusak pintu itu. Saat ku tanya :
"Kenapa kamu buat pintu ini rusak?", kataku.
Dia diam saja...
"Kamu tidak lihat kunci dicelana mu yang dijemuran itu?"
Dia hanya menggelengkan kepalanya...
"Kenapa kamu tidak mengirim ku pesan atau menelfon ku?"
Lagi-lagi, dia hanya diam saja...
        Menurutku dia sudah sangat marah terhadapku. Ya sudah, aku diamkan saja temanku itu.
Besoknya, aku ajak temanku itu kepasar untuk membeli kunci yang sudah dirusaknya.
"Ayo kepasar membeli kunci? ",kataku dengan wajah senyum...
Dia hanya diam saja..
Mungkin dia tidak mendengar, pkirku. Saya coba mengajaknya sekali lagi.
"Ayo Kepasar membeli kunci?"
Trus, dijawabnya dengan suara pelan dan singkat. "Kamu saja yang pergi".
        Kemudian aku pergi kepasar sendirian membeli kunci tersebut tanpa rasa dendam atau marah terhadap temanku itu. Dan aku pulang ke tempat kost itu dan melihat temanku sedang asyik main gitar kesayangannya. Saya sangat bingung dengan sifat temanku ini, dia sangat egois.
Dulu waktu aku memutar musik dari laptop ku dengan suara speaker keras, dia tidak marah sama sekali. Biar kalian tahu, setelah saya melihat berkas-berkas nya ada disitu ditulis tentang aku.
Isinya : aku benci dengan temanku, dia memutar musik dengan suara keras, Aku ingin sekali merusakkan speakernya itu dan membuangnya. Hatiku seperti tersayat-sayat waktu itu. Ternyata teman yang aku banggakan selama ini seperti itu, diam-diam dia menulis tentang aku.
         - Kenapa temanku itu tidak bilang kalo aku membuat dia terganggu? Aku kan bisa mengecilkan  suara musik ku itu.
         - Kenapa dia hanya diam saja, tanpa sepatah katapun?
         - Kenapa dia tidak menulis itu di awan saja? supaya cepat hilang terbawa angin.
         - Kenapa dia tidak menulis di pasir saja? supaya cepat hilang terbawa air.
Sejak saat itu, aku tidak memakai speaker itu lagi, supaya temanku itu tidak terganggu. Tapi, akhirnya jadi terbalik. Pada saat aku memutar musik dari laptop ku dengan suara pelan dan sangat pelan. Temanku memainkan gitar dan serulingnya dengan suara yang keras, sehingga musik yang aku putar tidak terdengar lagi.
       Sampai sekarang, jika aku memutar musik, temanku langusung memainkan gitarnya dengan kuat sampai jam 12 malam. Aku sangat marah dalam hatiku jika melihat teman kost ku itu setiap harinya hanya diam saja. Ingin sekali aku memukul wajahnya. Tapi, aku sangat kuat untuk menahan kesabaran ku, hingga aku hanya tersenyum tipis melihat ulahnya.
        Anehnya lagi, aku sempat tak berpikir kalo temanku seperti ini.
        - Dia membawa sisir rambut kekampus supaya tidak ku pakai.
        - Dia menyembunyikan hanger (penggantung pakaianya) supaya tidak kupakai.
Sangat lucu bukan?
Tapi, sampai saat ini, aku tidak pernah dendam atau marah sama teman kost ku itu. Aku selalu mengajaknya bicara, biarpun dia mengacuhkannya.
Untuk temanku : Jika kamu membaca ini, jangan marah ya... aku cuma ingin berteman denganmu supaya lebih baik. Aku lihat tulisanmu didinding ( Aku ingin sukses seperti orang lain, Tapi aku mau suskes dengan caraku sendiri bukan dengan cara orang lain). Kamu terlau egois mengatakan dengan caramu sendiri. Kapanpun itu dan dimanapun itu kamu akan selalu butuh dengan cara orang lain, biar pun itu tidak begitu membantu.
        Aku sangat minta maaf jika aku sering melakukan kesalahan terhadapmu. Semoga kamu sukses kelak. Dan kita sama-sama sukses. Kamu adalah temanku.


(2)
    Disini saya melanjutkan cerita 1 diatas. Ini bukan karangan. Setelah kami kira-kira 3 minggu berdiam.  Kemarin keputusan saya memang sudah bulat, untuk pindah tempat kost. Namun hatiku berkata lain, hatiku memaksa ku untuk kembali menyapa teman ku seperti teman akrab. Tapi saya canggung untuk menyapanya duluan. Akhirnya saya mencari jalan yang tepat dan yang terbaik buat kami.
Saya : "Di (nama samaran) ayo kita pindah kost". suara saya begitu pelan, dan terdengar serak. Kebetulan itu hari terakhir kami dikamar kost itu.
Teman : "Kemana?" Dia menoleh kearah saya dengan pelan juga.
Saya : "Disitu, ayo kita lihat. Siapa tahu kamu suka.
Dia pun beranjak dari tempatnya duduk, dan mengikuti saya ketempat kost yang akan kami tinggali.
Mulai darisitu, saya mengajaknya mengobrol. Saya pikir dia sudah tidak mau berteman dengan ku lagi. Tapi saya salah paham, dia bersikap baik seperti sebelumnya. Saya memang tidak mengharapakan pertengkaran antara kami berdua. Sebelumnya kakak saya sudah tahu antara saya dan temanku itu, dia terus memaksa saya untuk berteman baik lagi.
Saya berharap pertemanan kami akan semakin baik, sampai selamanya. Itu yang selalu saya harapkan.
Ayoo, siapa yang mau jadi teman ku?   Supaya teman saya berteambah banyak...   :)

1 comment

15 November 2014 pukul 09.59  

Silahkan berkomentar...

Posting Komentar